Dosen Penggerak “Merdeka Belajar-Kampus Merdeka”, Sudahkah “Move On”?

Dosen Penggerak “Merdeka Belajar-Kampus Merdeka”, Sudahkah “Move On”?


KOMPAS.com – Pada 16 Maret 1948 Presiden Soekarno mencanangkan gerakan “Pemberantasan Buta Huruf (PBH), dan 73 tahun kemudian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim mencanangkan gerakan “Merdeka BelajarKampus Merdeka“.

PBH bukan proyek atau program pemerintah, melainkan sebuah gerakan nasional, yakni gerakan bersama antara pemerintah dan rakyat.

Hasilnya, pada 31 Desember 1964 semua penduduk Indonesia berusia 13-45 tahun (kecuali yang ada di Irian Barat, kini Papua) dinyatakan bebas buta huruf.

Begitu pun “Merdeka Belajar-Kampus Merdeka”, adalah sebuah gerakan nasional di mana dosen sebagai motor penggeraknya.

Apa yang dimaksud Merdeka Belajar-Kampus merdeka?

Dulunya kampus menjadi tempat untuk belajar bagi mahasiswa dan juga dosen secara tatap muka langsung. Pada program pembelajaranya, sebuah kampus sering kali menerapkan konsep pembelajaran di mana dosen menjadi sumber utama.

Ini tentunya akan menjadikan mahasiswa kurang mandiri dalam menyelesaikan berbagai upaya pemecahan masalah.

Selama ini pada dasarnya sebuah kampus telah menerapkan sistem pembelajaran dengan sistem Satuan Kredit Semester (SKS) yang hampir keseluruhan mengharuskan adanya kegiatan belajar di dalam kelas.

Ini menunjukkan kurangnya kemerdekaan belajar yang harus dijalankan oleh setiap mahasiswa dalam melakukan pembelajarannya.

Baca juga: Kebijakan Kampus Merdeka, Decoupling atau Recoupling Perguruan Tinggi?

Esensi “Merdeka Belajar-Kampus Merdeka” 

Apa itu Merdeka Belajar?

Merdeka Belajar adalah memberi kebebasan dan otonomi kepada lembaga pendiikan, dan merdeka dari birokratisasi. Dosen dibebaskan dari birokrasi vang berbelit serta mahasiswa diberikan kebebasan untuk memilih bidang yang mereka sukai.

Merdeka Belajar-Kampus Merdeka adalah kebijakan yang bertujuan mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja. Kampus Merdeka memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memilih mata kuliah yang akan mereka ambil.

Merdeka Belajar bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada mahasiswa untuk belajar di luar kampus.

Konsep tersebut terus dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai upaya untuk mendapatkan calon pemimpin masa depan yang berkualitas.

Apa Itu Kampus Merdeka?





Source link

Dari Kampus ke Lapak Usaha, Transformasi Mahasiswa Menjadi Wirausaha

Dari Kampus ke Lapak Usaha, Transformasi Mahasiswa Menjadi Wirausaha


Dengan ambisi yang kuat, Indonesia mengejar target rasio kewirausahaan sebesar 3,95 persen pada tahun 2024, sebagaimana ditetapkan dalam Perpres No 2 Tahun 2022.

Sebuah koalisi yang terdiri dari 27 lembaga dan kementerian telah berkomitmen untuk mewujudkan visi ini, dengan menggelar berbagai program unggulan.

Di garis depan, Komite Pengembangan Kewirausahaan Nasional (PKN) berinisiatif menyalakan semangat kewirausahaan dari Sabang hingga Merauke, melalui inisiatif Entrepreneur HUB yang dirancang untuk mendukung wirausahawan dari berbagai tingkatan, mulai dari wirausaha pemula hingga mapan.

Baca juga: Ingin Memenangkan Kompetisi di Era Digital? Hindari “Chicken Mindset”

Meskipun ada upaya kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta untuk meningkatkan jumlah wirausahawan, pertanyaan yang muncul adalah mengapa Indonesia, dengan segala potensi yang dimiliki, belum mencapai puncak dalam kancah kewirausahaan global?

Jawabannya terletak pada pendekatan pembelajaran kewirausahaan yang belum sepenuhnya terintegrasi dalam sistem pendidikan kita. Berbeda dengan metode pembelajaran konvensional, pembelajaran kewirausahaan harus dimulai dengan aksi (ACT), diikuti oleh pembelajaran dari pengalaman (LEARN), dan kemudian membangun (BUILD) dari situ.

Mengadopsi model pembelajaran kewirausahaan yang telah terbukti sukses di institusi terkemuka seperti MIT.

Stanford dan Babson memang bukan tugas yang mudah atau murah. Di Indonesia, tanggung jawab ini diemban langsung oleh Direktorat Belmawa, Ditjen Diktiristek, Kemendikbudristek melalui Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW).

Program tersebut memungkinkan mahasiswa di seluruh Indonesia mengajukan proposal berbasis web untuk menggambarkan ide-ide usaha inovatif dengan dampak sosial yang signifikan.

Dengan bantuan dana mulai dari 15 Juta hingga 20 juta rupiah per kelompok, mahasiswa diberi kesempatan untuk mewujudkan ide mereka dalam berbagai bidang, seperti makanan minuman, budidaya, jasa, perdagangan, manufaktur, teknologi terapan, digital, industri kreatif, seni, budaya dan pariwisata.

Sebanyak 316 perguruan tinggi terlibat di tahun 2022, kemudian bertumbuh mencapai 371 perguruan tinggi di tahun 2023 dan selalu meningkat setiap tahunnya. Jika ini terus berlanjut, perguruan tinggi akan menjadi pabrik wirausaha terbesar di Indonesia.

Menyatukan Perguruan Tinggi dalam Misi Kewirausahaan

P2MW telah berhasil menginspirasi perguruan tinggi di seluruh Indonesia, dengan jumlah partisipasi yang meningkat setiap tahun. Program ini tidak hanya memberikan dana, tetapi juga memfasilitasi pembangunan ekosistem kewirausahaan di kampus, dengan fokus pada budaya, sumber daya manusia, pendidikan, pembiayaan, dan akses pasar.

KMI Expo, yang merupakan pesta wirausaha tahunan bagi wirausaha mahasiswa, menjadi bukti dari dinamika ekosistem ini. Tahun 2023, KMI Expo ke 14 dilaksanakan di Bali tepatnya di Universitas Pendidikan Ganesha.

Pesta Wirausaha ini selalu dihadiri oleh lebih dari 4.000 mahasiswa wirausaha dari seluruh penjuru Indonesia. Hal ini terjadi karena P2MW adalah program satu satunya yang memberikan paket lengkap transformasi mahasiswa menjadi wirausaha melalui dana bantuan, pendampingan, jejaring, akses pasar hingga ekosistem wirausaha.

Mengakui Fasilitas yang Sudah Ada dan Membangun Kesadaran

Menurut data Global Entrepreneurship Monitor (GEM) tahun 2022, Indonesia telah menyediakan lebih dari cukup fasilitas untuk mendukung wirausaha. Namun, masih ada kesenjangan dalam kesadaran masyarakat tentang pentingnya jiwa kewirausahaan.

Ini tentu bukan hanya tugas pemerintah atau kampus, tetapi tanggung jawab kolektif untuk mengintegrasikan semangat kewirausahaan ke dalam budaya kita.

Baca juga: Kiat Memvalidasi Ide Bisnis Agar Sukses, Cocok Bagi Pengusaha Pemula

P2MW tetap konsisten dalam fokusnya pada pembelajaran kewirausahaan, dengan tujuan untuk menumbuhkan jiwa wirausaha, menciptakan kampus yang mendukung dan menyebarluaskan semangat ini ke masyarakat luas. Menjembatani mahasiswa wirausaha dari kampus untuk terjun langsung ke lapak usaha.

Kita semua memiliki peran dalam mendukung wirausaha muda Indonesia, karena meskipun kebijakan dapat ditetapkan dari “istana”, realisasi dan tanggung jawabnya ada di tangan kita semua. Bersama kita wujudkan kewirausahaan untuk semua.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





Source link

Menumbuhkan Wirausaha “by Design”

Menumbuhkan Wirausaha “by Design”


KOMPAS.com – Indonesia, yang telah diakui oleh Global Entrepreneurship Monitor sebagai salah satu dari sepuluh negara teratas yang kondusif untuk berwirausaha, menghadapi tantangan unik dalam memupuk semangat kewirausahaan yang kuat dan berkelanjutan.

Meskipun memiliki potensi yang besar, masih ada hambatan yang harus diatasi, termasuk kurangnya motivasi dan dukungan ekosistem yang memadai. Dalam konteks ini, konsep wirausaha by design muncul sebagai strategi revolusioner yang menggabungkan inovasi, pendidikan, dan kolaborasi untuk menciptakan wirausaha yang sukses dan berkelanjutan.

Mengadopsi pendekatan “ACT – LEARN – BUILD”, wirausaha by design menawarkan peningkatan kapasitas wirausaha yang berorientasi pada tindakan, membantu para wirausaha untuk membangun dan mengembangkan bisnis mereka dengan cara yang lebih terstruktur dan terencana.

Baca juga: Pemerintah Luncurkan “Entrepreneur Hub” untuk Kembangkan Ekosistem Wirausaha

 

Ini adalah langkah maju menuju menciptakan wirausaha yang tidak hanya terdorong oleh kebutuhan, tetapi juga oleh visi yang kuat dan keinginan untuk berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional.

Entrepreneur Hub Jakarta, Gotong royong Pentahelix.

Entrepreneur Hub, gerakan wirausaha by design khas Kementerian Koperasi dan UKM menjadi salah satu program andalan untuk lahirnya wirausaha bertumbuh dan sekaligus meningkatkan rasio wirausaha yang ditargetkan 3.95 persen di tahun 2024.

Lebih dari 15 titik gerakan wirausaha by design ini di Indonesia dan salah satunya diluncurkan di awal adalah Entrepreneur Hub Jakarta. Gerakan seperti ini sepertinya masih termasuk pionir di Indonesia.

Kolaborasi pentahelix antara 5 kampus (Universitas Agung Podomoro, Universitas Trisakti, Universitas Mercubuana, Universitas Negeri Jakarta, dan Binus University), Pemerintah daerah DKI Jakarta, Kemenkop UKM, dan juga dunia industri seperti PVG dan Bank BTPN.

Inisiatif ini mencerminkan semangat gotong royong yang mendalam, sebuah nilai yang sangat dihargai dalam budaya Indonesia, mempromosikan kerja sama dan solidaritas dalam mencapai tujuan bersama.

Entrepreneur Hub Jakarta seperti jalan pintas untuk wirausaha bertumbuh, tidak mudah, perlu dedikasi waktu dan tenaga menjalaninya. Tidak kurang pemberian materi 11 modul (fondasi bisnis, operasional, keuangan dll) dan 10 mentor terlibat pendampingan 100 wirausaha terpilih.

Baca juga: Jalankan Program Entrepreneur Hub, Kemenkop UKM Beri Pelatihan ke UMKM di Solo

 

Dana dan sumber daya semua gotong royong. Program yang dimulai dari bulan Maret akan berujung pada “meet the investor” dan sesi networking di hari Senin, 25 September 2023.

Terkumpul 43 pitchdeck terkurasi yang akan dipilih oleh para mitra Entrepreneur Hub Jakarta yang terdiri dari Investor, jaringan retail, komunitas, dan juga perbankan. Sesi final Entrepreneur Hub memberikan kesempatan para wirausaha untuk melakukan pitching di depan para mitra.

Bertumbuh dan Berkelanjutan.

Dengan cara ini diharapkan wirausaha dapat bertumbuh sesuai dengan yang dibutuhkan. Goal-nya tidak lagi bertahan, tapi bertumbuh dan berkelanjutan. Entrepreneur Hub Jakarta lahir sebagai harapan untuk generasi muda wirausaha di Indonesia.

Inisiatif ini tidak hanya menciptakan peluang untuk pertumbuhan bisnis individual, tetapi juga membuka jalan untuk pembangunan ekonomi nasional yang lebih kuat, menjadikan Indonesia sebagai kekuatan kewirausahaan yang harus diperhitungkan di panggung dunia. Wirausaha Hebat, Indonesia Kuat!


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





Source link

Naik Kelas, UMKM Perlu “Benih”, “Lahan” dan “Pupuk”

Naik Kelas, UMKM Perlu “Benih”, “Lahan” dan “Pupuk”


IBARAT sebuah pohon yang diharapkan tumbuh dengan rimbun sehingga berbuah lebat, kewirausahaan atau entrepreneur tidak hanya memerlukan “benih” yang berkualitas, tetapi juga “lahan” dan “pupuk” yang berkualitas pula.

“Benih” kewirausahaan saat ini sudah cukup tersedia di Indonesia. Global Entrepreneurship Monitor (GEM) menempatkan Indonesia di peringkat teratas untuk wirausaha pemula yang bertumbuh, bahkan di masa pademi Covid-19 saat ini.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KemenkopUKM) bulan Maret 2021, jumlah UMKM di Indonesia mencapai 64,2 juta dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 61,07 persen atau senilai Rp 8.573,89 triliun.

UMKM mampu menyerap 97 persen dari total tenaga kerja yang ada, serta dapat menghimpun sampai 60,42 persen dari total investasi di Indonesia.

Artinya, Indonesia bukan hanya surplus “benih”, melainkan juga banyak “benih-benih” yang berkualitas.

Buktinya, mereka tak mempan digerus pandemi Covid-19. “Benih-benih” kewirausahaan itu tetap bisa bertumbuh di tengah pandemi yang meluluh-lantakkan dunia usaha.

Namun, untuk menumbuhkembangkan wirausaha pemula, tidak cukup hanya dilakukan dengan menebar benih, tetapi juga harus mempersiapkan lahannya.

Dengan kata lain, wirausaha memerlukan ekosistem yang mendukung untuk kegiatan berwirausaha, atau lingkungan ramah wirausaha.

“Lahan” itu pun sudah cukup tersedia, yakni UMKM. UMKM didukung dengan peraturan atau regulasi sedemikian rupa, sehingga keberadaannya semakin eksis di tengah persaingan usaha melawan pengusaha besar atau bahkan konglomerasi.

Terbukti, dalam menghadapi krisis ekonomi, ketika perusahaan-perusahaan besar banyak yang bertumbangan, UMKM justru masih sanggup bertahan.

“Pupuk” pun telah tersedia. Pemerintah, misalnya, mendorong bertumbuhnya wirausaha dalam bentuk peraturan atau regulasi, pendampingan dan juga pembiayaan.

Perpres Kewirausahaan

Pemerintah menargetkan jumlah rasio kewirausahaan mencapai 3,95 persen tahun 2024, di mana saat ini baru mencapai 3,55 persen dari total penduduk Indonesia.

Untuk mencapai target itu, maka telah terbit Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Pengembangan Kewirausahaan yang resmi berlaku sejak 3 Januari 2022.

Perpres itu targetnya mencetak enterpreneur baru dengan pendekatan inkubasi. Meski di Indonesia ada 64 juta pelaku UMKM, tapi yang masuk ketegori enterpreneur baru 3,55 persen.

Perpres tersebut akan menjadi terobosan untuk melakukan percepatan pertumbuhan dan rasio kewirausahaan di Indonesia.

Perpres ini menjadi rujukan Kementerian/Lembaga dan kepala daerah untuk menyusun program strategis terkait enterpreneur.

Kita akui, mengutip berbagai sumber, rasio kewirausahaan Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang sudah mencapai 10-11 persen dari jumlah penduduknya.

Bahkan, di Singapura rasio kewirausahaan sudah mencapai 8,5 persen dari total penduduknya.

Pemerintah menerapkan beberapa regulasi yang dibutuhkan untuk melindungi para pelaku UMKM dan membuat sektor ini lebih tertata, antara lain menyangkut perizinan, perpajakan, pendanaan dan kemitraan.





Source link

Kewirausahaan adalah “Vaksin” Sesungguhnya

Kewirausahaan adalah “Vaksin” Sesungguhnya


TANGGAL 2 Maret nanti bisa dikatakan merupakan hari ulang tahun pertama Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 di Indonesia yang diketahui pertama kali menyerang korban di Depok, Jawa Barat, 2 Maret 2020.

Jutaan korban berjatuhan, banyak yang meninggal dunia, tapi jauh lebih banyak yang sembuh.

Vaksin Covid-19 sudah disuntikkan untuk yang perdana kepada Presiden Joko Widodo pada 13 Januari lalu. Selama 18 bulan ke depan vaksinasi terhadap 181,5 juta penduduk Indonesia ditargetkan selesai.

Selain kesehatan masyarakat, pandemi Covid-19 juga membawa dampak buruk terhadap perekonomian Indonesia. Ribuan perusahaan berguguran. Tak terkecuali Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Data Smesco Indonesia, 35,6 persen UMKM sektor olahan makanan omzetnya menurun drastis. Disusul sektor fesyen 16 persen, kerajinan 13,8 persen dan sisanya sektor lain seperti rumah makan, jasa, manufaktur, pertanian, warung kopi, kue kering dan lain-lain.

Untuk mengatasi dampak kesehatan, telah dan sedang dilakukan vaksinasi. Lantas, untuk mengatasi dampak ekonomi akibat Covid-19, apa yang harus dilakukan pemerintah?

Tak lain adalah menggalakkan kewirausahaan. Bahkan kewirausahan bisa disebut sebagai “vaksin” sesungguhnya untuk mengatasi dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Baca juga: Menteri Teten: Wirausaha Merupakan Pilihan Tepat!

Masih di belakang

Ya, sebagian besar pengusaha jatuh dan sebagian kecil bisa bertahan bahkan bertumbuh. Ini diprediksi masih akan terus terjadi hingga 2023.

Kewirausahaan bisa direlasikan dengan dukungan iklim kewirausahaan di Indonesia. Saat ini Indonesia menjadi negara dengan urutan terbelakang dilihat dari Global Entrepreneurship Index 2019, yakni peringkat ke-85 dari 129 negara.

Jika dilihat dari Global Entrepreneurship Monitoring 2019, Indonesia masih di belakang daripada negara lain. Salah satu penyebabnya ialah dukungan infrastruktur. Tidak heran kalau hal ini kemudian menjadi keutamaan program pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Pembangunan infrastruktur

Periode pertama Jokowi, pembangunan infrastruktur 2015-2019 mencapai 3.194 kilometer (km) jalan perbatasan, 1.387 km jalan tol, 811,9 km rel kereta api, 136 pelabuhan, 15 bandar udara, 65 bendungan, dan 12,148 km jaringan serat optik Palapa Ring.

Tahun 2020, meski dihadang krisis akibat pandemi Covid-19, pemerintah berhasil menyelesaikan sejumlah target infrastruktur mulai dari jalan, bendungan, hingga jembatan. Progres tahun 2020, dari pagu 103,78 persen realisasi anggaran 93,9 persen dengan realisasi fisik (capaian infrastruktur) 94,9 persen.

Tahun 2021, pemerintah mengalokasikan anggaran untuk pembangunan infrastruktur Rp 417,8 triliun.





Source link

Dosen Penggerak “Merdeka Belajar-Kampus Merdeka”, Sudahkah “Move On”?

Gong 2021, Kampus Tanpa Demarkasi


KOMPAS.com – Ini bukan Gong 2000, kalau anda masuk dalam generasi baby boomers angkatan akhir pasti tahu Gong 2000. Sangat terkenal dengan album musik yang rilis awal 1990-an, menceritakan kebangkitan bangsa-bangsa Timur.

Ini adalah Gong 2021 yang menandai terealisasinya program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dicanangkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim tahun 2020 lalu.

Dengan adanya program MBKM ini, kini tak ada lagi garis demarkasi antar-kampus.

Ya, ketika regulasi sudah siap, infrastruktur teknologi sudah siap, dan mahasiswa pun tak kalah siap, maka sudah saatnya gong ditabuh untuk menandai berjalannya program MBKM tersebut.

Tujuan utama program Merdeka Belajar adalah menggali potensi terbesar guru/dosen dan murid/mahasiswa berinovasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara mandiri.

Baca juga: Dirjen Dikti: Kampus Merdeka Siapkan Kompetensi Masa Depan

Mengutip Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam, transformasi pendidikan secara digital sudah dilakukan sejak 20 tahun silam namun, progress-nya terbilang sangat lamban.

Hal ini disebabkan sebagian besar Perguruan Tinggi (PT) masih belum menyadari pentingnya penggunaan teknologi digital dalam kurikulum.

Pandemi Covid-19 yang tengah melanda ini kian mempercepat transformasi tersebut, di mana PT dituntut untuk mengadopsi metode pembelajaran daring (dalam jaringan) atau online.

Saat pandemi Covid-19 ini seluruh kampus sudah menjadi digital hanya dalam beberapa minggu, di mana seluruh pembelajaran berbasiskan digital.

Selain itu, Nizam mengungkapkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) juga mempercepat transformasi digital melalui program Kampus Merdeka, di mana mahasiswa diperbolehkan mengambil mata kuliah di luar program studinya.

Hal ini dapat dimanfaatkan mahasiswa untuk menambah pengetahuan digitalnya dengan mengambil mata kuliah berkaitan dengan internet of things.

Ditjen Dikti pun turut berkontribusi dalam mendorong akselerasi transformasi pendidikan di sekolah dasar, salah satunya melalui program Kampus Mengajar.

Dalam program ini, mahasiswa dapat mendampingi guru dalam pemanfaatan teknologi, guna mempermudah proses pembelajaran, khususnya melalui metode pembelajaran daring semasa pandemi.

Dengan demikian, kampus tidak hanya berjalan sendiri melainkan berkolaborasi dengan mitra industri, pemain teknologi global, serta masyarakat seperti pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), pembangunan desa dan kota pintar yang disinergikan melalui program Kampus Merdeka.

Pemerintah juga sudah menganggarkan pendanaan dalam Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) demi mempercepat digitalisasi pendidikan tinggi dan mencapai pembelajaran yang berorientasi pada masa depan.





Source link